Personal boundaries atau batasan diri merupakan sebuah batasan, pedoman, aturan, yang dibuat seseorang dalam mengidentifikasi cara yang masuk akal, aman. Batasan diri umumnya diartikan secara sederhana sebagai bentuk batasan seseorang untuk menolak dan berani mengatakan tidak terhadap hal-hal yang menurutnya dapat diterima dan tidak dapat diterima (Wee, 2021).
Menurut Tawwab (2020) dalam bukunya yang berjudul Set Boundaries Find Happines mengatakan bahwa pentingnya ada batasan antar pribadi sedekat apapun hubungan kita dengan orang lain dan memahami batasan dan menciptakan batasan yang sehat dapat memunculkan rasa aman, dicintai, tenang, dan dihormati. Semua ini adalah indikasi tentang bagaimana kita mengizinkan orang lain untuk siap membantu kita, dan bagaimana kita siap membantu orang lain.
Arti Batasan.
Batasan adalah pagar pengaman agar kita tidak terlalu memaksakan diri.
Batasan adalah tindakan untuk peduli pada diri sendiri.
Batasan menetapkan peran dalam suatu hubungan.
Batasan menetapkan peran dalam suatu hubungan.
Batasan menyatakan perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima dalam suatu hubungan.
Batasan adalah parameter untuk mengetahui apa yang dapat diharapkan dalam suatu hubungan
Batasan adalah cara kita meminta orang lain untuk hadir dengan memahami kebutuhan kita.
Batasan adalah cara untuk memberitahukan kebutuhan kita kepada orang lain. i. Batasan adalah cara untuk menciptakan hubungan yang sehat.
Batasan adalah cara untuk menciptakan kejelasan
Batasan adalah cara untuk merasa aman.
Tujuan Batasan Diri
Memberikan Privasi pada Kehidupan Pribadi. Batasan yang jelas dapat memberikan ruang privasi bagi kehidupan seseorang, dimana seseorang tidak dapat terlibat langsung dalam kehidupan pribadi seseorang.
Menghormati Hak-hak Pribadi dan Orang Lain . Seseorang memiliki hak untuk dapat menentukan wilayah pribadi dan orang lain yang dapat masuk. Seseorang akan lebih leluasa dalam menjalani kehidupan pribadinya tanpa terganggu oleh keberadaan orang lain
Menyelaraskan Kehidupan Pribadi dengan Norma, Aturan dan Nilai-nilai. Batasan yang jelas membuat seseorang mampu memilah mana yang dapat dan tidak dapat ia lakukan
Menyelaraskan Hubungan Sosial / Masyarakat. Menentukan batas diri di lingkungan sosial dapat menimbulkan kenyamanan keselarasan dalam kehidupan bermasyarakat.
Mengetahui Sumber Daya Diri Sendiri. Adanya batasan membuat seseorang mampu menganalisis hal-hal yang mampu dan mana hal-hal yang tidak dapat ia lakukan, atau mampu menganalisis menjadi tanggung jawab dan mana yang bukan menjadi tanggung jawabnya.
Mempertahankan Keseimbangan. Ketika mengatakan Ya atau Tidak pada hal diluar kenyamanan kita, hanya menyenangkan orang lain maka itu akan menambah stres (bagaimana kita dapat pada orang lain untuk menghormati kita sedangkan kita tidak menghormati batas Menetapkan batas diri yang tepat akan mampu menjaga keseimbangan.
Meminimalkan Konflik. Ketika kita melakukan suatu hal yang seharusnya tidak kita lakukan, akan membuat kita marah sendiri, sedangkan kita mempunyai kesibukan sendiri, apapun persepsi kita, kita tahu kalau kita mengalami stres dan marah pada kondisi ini. Jika kita merasa marah atau frustasi pada situasi yang kita hadapi dan mengarahkan perasaan marah tersebut pada orang lain, maka akan membuat kita terasing dari orang lain. Menjaga batas diri akan membuat orang lain tahu batas kita dan dapat menghindari penyebab konflik kebencian dan perasaan negatif lainnya.
Meningkatkan Batasan Diri. Kesalahan persepsi dalam batasan diri kita adalah menempatkan dan menjaga orang lain diluar kemampuan kita. Tujuan yang sebenarnya dalam batas diri itu adalah menempatkan orang lain dekat dengan kita tetapi tidak berlebihan. Batas diri akan memiliki hubungan dekat dengan menghormati kebutuhan orang lain (Keliat & Hargiana, 2018:22-23).
Prinsip-prinsip Batasan Diri
Menurut Keliat dan Hargiana (2018), beberapa area dimana prinsip-prinsip batasan diri dapat diterapkan, antara lain:
Batasan Material
Batasan ini dirasakan atau dikenali saat kita memberikan barang seperti uang, mobil, buku, dan lain-lain. Membuat batasan dirinya untuk dapat atau meminjamkan material yang mereka miliki.
Batasan Fisik
Batasan ini berhubungan dengan ruang personal, privasi, dapat dirasakan dan diketahui ketika berjabat tangan, memeluk orang lain. Seseorang dapat melihat dan orang lain ketika kita melakukan hal tersebut.
Batasan Mental
Batasan ini terkait dengan pikiran, nilai-nilai, dan opini. yang tersugesti, apakah kita mengetahui apa yang mempertahankan opini kita, apakah kita dapat mendengar terhadap opini orang lain tanpa bersikap kaku? emosional, argumentatif, atau defensive, dapat mental yang lemah.
Batasan Emosional
Batasan ini membedakan atau memisahkan emosi dan batasan ini membedakan atau memisahkan emosi dan tanggung jawab kita terhadap orang lain. Hal tersebut seperti garis atau area yang memisahkan diri kita dengan orang lain. Batasan diri yang sehat mencegah kita dari menasehati orang lain, menyalahkan orang lain atau menerima kesalahan, melindungi kita dari perasaan bersalah terhadap perasaan negatif orang lain dan komentar personal. Reaksi yang berlebihan menunjukkan batasan emosional yang lemah. Batasan emosional yang sehat membutuhkan kejelasan batasan internal (mengetahui perasaan dan tanggung jawab kita terhadap diri sendiri dan orang lain).
Batasan Seksual
Batasan seksual terkait dengan perlindungan terhadap tingkat kenyamanan pada sentuhan atau aktivitas seksual (apa, dimana, kapan, dan dengan siapa). Contoh di suatu negara suami istri berprinsip suami atau istri berhak untuk menolak berhubungan badan ketika tidak menghendaki hubungan badan, bahkan ada kasus yang mencuat mengenai pemerkosaan oleh seorang suami karena istri tidak mau berhubungan badan dengan suaminya.
Batasan Spiritual
Batasan ini berhubungan dengan keyakinan dan pengalaman spiritual kita terhadap Tuhan. Contohnya, ada waktu tertentu dimana seseorang membuat batasan dirinya ketika sedang beribadah dan tidak ingin diganggu.
Langkah Melakukan Managing Your Boundaries
Menurut Keliat dan Hargiana (2018), dalam pelaksanaan teknik Managing Your Boundaries, terdapat alat yang perlu disiapkan diantaranya lembar kerja atau catatan harian klien, alat tulis yang digunakan untuk refleksi diri, serta kuesioner pengukuran batasan diri. Sedangkan pada pelaksanaannya terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
Melakukan refleksi diri terkait stres dan masalah dengan batas diri yang dialami
a. Periksa hidup anda
Jika Anda merasa frustasi, Anda mungkin perlu untuk membangun satu set batasan. Menetapkan batasan akan membantu Anda memprioritaskan kehidupan Anda dan tetap berjalan dengan lancar. Hal ini juga akan membantu menghindari Anda menjadi terlalu sibuk dan merasa dimanfaatkan oleh orang lain
b. Menentukan area dimana anda perlu batasan
Sebagai contoh, jika sekolah anak Anda sering memanggil Anda untuk menjadi sukarelawan dan Anda tidak dapat mengatakan tidak karena rasa bersalah atau alasan lain, Anda mungkin perlu batasan. Tetapkan batasan yang membatasi jumlah waktu Anda setuju untuk menjadi relawan. Jika relawan seminggu sekali, apa yang benar-benar Anda inginkan dan dapat masuk ke dalam jadwal Anda, maka atur batasan ini dan tepati itu.
c. Yakinkan diri bahwa batasan-batasan itu penting
Kembangkan daftar batasan yang diperlukan dan masukkan dalam pikiran Sadarilah bahwa Anda dapat menjadi lebih baik dalam banyak hal ketika Anda tidak kewalahan oleh mereka. Atur batasan-batasan Anda dalam suatu cara yang memungkinkan waktu untuk Anda, keluarga, dan teman-teman. Ingatlah apa
prioritas utama Anda dalam hidup dan akui bahwa perasaan orang lain tidak selalu lebih penting daripada Anda sendiri.
d. Menganalisis batasan-batasan Anda
Secara berkala, lihat daftar batasan Anda dan tentukan apakah batasan-batasan ini masih berlaku. Jika perlu disesuaikan, ubahlah. Beranikan diri untuk tetap dengan batasan dan kemungkinan besar Anda akan mulai melihat perbedaan dalam hidup anda.
e. Memberikan izin terhadap diri sendiri untuk menetapkan batasan Seseorang sebaiknya menghindari perasaan takut, bersalah, dan ragu-ragu yang muncul ketika hendak menetapkan batasan. Hal tersebut seringkali muncul dikarenakan seseorang khawatir bagaimana tanggapan orang lain terhadap dirinya. Akibatnya, seseorang akan merasa bersalah untuk berbicara atau mengatakan tidak kepada anggota keluarga atau teman. Jika hak tersebut terjadi, tegaskan kembali terhadap diri sendiri bahwa setiap individu memiliki hak untuk menetapkan batasannya. Berikan izin kepada diri sendiri untuk melakukannya.
5. Implementasi Prinsip Asertif
Asertif merupakan keterampilan verbal dan non verbal yang memungkinkan kita berkomunikasi dengan lebih efektif (Ward & Holland, 2018). Berikut tindakan yang dapat dijadikan contoh bersikap asertif dalam penetapan batasan diri menurut Keliat & Hargiana (2019) :
a. Memperhitungkan penggunaan waktu yang kita gunakan bagi orang lain namun tanpa mengabaikan kebutuhan waktu bagi diri sendiri
b. Mengenali kemudahan dan kesulitan yang kita hadapi saat akan melakukan suatu pekerjaan
c. Mengetahui jenis dan banyaknya resiko yang akan kita hadapi
d. Memiliki kemampuan dalam melakukan manajemen keuangan
e. Memiliki persiapan jika akan meminjamkan barang yang berharga kepada orang lain
f. Etika dan nilai yang dapat kita gunakan dalam memutuskan mana yang salah dan benar
6. Evaluasi
Pada tahap evaluasi guna mengetahui keberhasilan dalam mengatur batasan diri menurut Keliat & Hargiana (2019), kriterianya adalah sebagai berikut :
a. Kita mampu menyampaikan kepada orang lain jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kebutuhan kita
b. Kita lebih memahami bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan atau konflik dengan lebih baik
c. Kepercayaan diri kita menjadi meningkat